Testindo – Beton merupakan jenis material yang paling sering digunakan pada sebuah bangunan, karena memiliki ketahanan dan kekuatan yang sangat baik. Namun, apakah semua beton memiliki kekuatan yang sama ? lalu, bagaimana caranya mengukur kekuatan beton pada bangunan eksisting (sudah selesai dibangun) ? jawabannya dengan melakukan pengujian kekuatan beton (concrete test).
Setiap pengujian menggunakan alat dan metode yang berbeda, apakah hanya sekedar ingin mengetahui nilai kekerasan beton saja atau juga menganalisa ketahanan beton dalam menerima tekanan. Kira-kira apa saja jenis pengujiannya ?
5 Metode Pengukuran Kekerasan dan Kekuatan Beton
1. Uji Kuat Tekan Beton (Compression Test)
Metode ini merupakan jenis pengujian tanpa merusak (non destructive test) yang paling sering digunakan sebagai acuan utama dalam menentukan kekuatan beton. Pada tahap ini, sampel beton berbentuk kubus atau silinder dipersiapkan dan diuji di laboratorium menggunakan mesin uji tekan.
Beton ditekan hingga mencapai titik kegagalan, di mana nilai tekanan maksimum yang dapat ditahan tercatat sebagai kekuatan beton. Meskipun prosesnya memerlukan waktu curing yang optimal dan bisa cukup lama, hasilnya sangat akurat dan dapat dijadikan standar evaluasi mutu beton.
2. Rebound Hammer Test (Schmidt Hammer Test)
Metode ini merupakan jenis pengujian non destructive yang cukup praktis. Dengan menggunakan alat bernama Schmidt Hammer, pengujian dilakukan dengan cara menumbuk permukaan beton. Energi yang dipantulkan kemudian dicatat sebagai nilai rebound yang dikorelasikan dengan kekerasan dan perkiraan kekuatan beton.
Kelebihan hammer test beton adalah kecepatan pelaksanaan dan kemampuannya untuk tidak merusak struktur, meskipun hasilnya dapat dipengaruhi oleh kondisi permukaan beton seperti keausan atau adanya kotoran.
3. Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Test
UPV Test memanfaatkan gelombang ultrasonik untuk menilai integritas beton. Prosesnya dilakukan dengan mengirimkan gelombang ke dalam beton dengan bantuan transduser, dan pengukuran waktu tempuh gelombang tersebut.
Beton yang homogen dan padat memungkinkan gelombang merambat dengan cepat, sedangkan adanya retakan atau cacat internal akan memperlambat perambatan gelombang. Metode ini sangat berguna untuk mendeteksi cacat internal tanpa harus merusak struktur bangunan.
4. Core Drilling Test
Metode core drill beton dilakukan dengan mengambil sampel beton langsung dari struktur bangunan menggunakan alat bor khusus. Metode ini tergolong pengujian destructive, karena pengambilan sampel menyebabkan sedikit kerusakan.
Nantinya, sampel yang berbentuk silinder ini akan dibawa ke lab sipil, dan dilakukan pengujian untuk mengukur kekuatan tekan beton secara detail.
5. Impact Echo Test
Impact Echo Test adalah teknik non-destruktif yang menggunakan prinsip pantulan gelombang seismik. Dengan menghasilkan getaran pada permukaan beton, sensor akan merekam gelombang yang dipantulkan dari dalam.

Variasi dalam gelombang tersebut dapat mengindikasikan adanya retakan, void, atau cacat internal lainnya. Metode ini cukup efektif untuk memetakan kondisi bagian dalam beton, khususnya pada bangunan besar atau struktur yang sulit dijangkau secara visual.
Setiap metode pengujian beton memiliki keunggulan dan keterbatasan tersendiri. Pemilihan metode yang tepat hendaknya disesuaikan dengan kondisi lapangan, tujuan pengujian, serta anggaran yang tersedia.
Dengan demikian, para kontraktor atau engineer sipil dapat memastikan bahwa beton yang digunakan tidak hanya memenuhi standar, tetapi juga memiliki integritas struktural yang optimal untuk keamanan dan ketahanan bangunan di masa mendatang.
Testindo sebagai perusahaan engineering services menyediakan layanan uji kekerasan beton seperti hammer test, upv test, core drilling dan lainnya. Kami siap melayani pengerjaan di berbagai tempat dan lokasi di seluruh Indonesia.
Jika Anda berminat ingin memesan layanan ini, silahkan hubungi kami melalui :
Chat dengan tim kami melalui fitur live chat di pojok kanan bawah website ini