Testindo – Plate load test atau plate bearing test digunakan dalam pengujian geoteknik untuk menganalisa sifat atau karakteristik tanah permukaan, daya dukung tanah secara aktual dan juga ground bearing capacity. Berbeda dengan loading test (static/dynamic) yang sering dilakukan setelah bangunan jadi, pada pengujian plate load test dilakukan sebelum pemancangan tiang pondasi bangunan.
Melalui pengujian ini bisa dianalisa stabilitas tanah yang akan dijadikan lokasi pembangunan dan juga bisa dijadikan data pendukung untuk memilih jenis pondasi yang tepat untuk digunakan.
Bagaimana cara melakukan pengujian plate load test ? apa saja alat yang digunakan ? Dan apa output dari pengujian ini ?
Penjelasan Plate Load Test
Plate load test (atau plate bearing test) dilakukan untuk menentukan ground’s bearing capacity (kemampuan tanah untuk menahan beban yang diterapkan di atasnya tanpa mengalami kegagalan atau penurunan berlebihan) dan kekuatan aktual permukaan tanah.
Pengujian ini dilakukan dengan meletakkan beban berupa lempengan baja secara bertahap, kemudian diukur penurunan tanah akibat beban tersebut. Pengujian ini sangat tepat dilakukan pada berbagai jenis tanah seperti berbutir kasar dan komposit, serta tanah berbutir halus yang kaku hingga padat, tapi tidak disarankan untuk tanah berbutir halus yang sangat lunak.

Inilah beberapa keuntungan melakukan plate bearing test :
- Terbilang cepat dan mudah dilakukan
- Bisa dilakukan secara in situ (di lokasi)
- Cocok untuk berbagai jenis tanah
- Memberikan hasil yang akurat
- Efisien dari segi biaya dan waktu
- Peralatan portabel dan mudah dipasang
Tujuan Plate / Bearing Load Test
Pengujian plate load test dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tekanan dari beban atas yang bisa ditahan tanah sebelum tanahnya “menyerah” atau rusak. Jadi, batas kemampuan tanah bisa dianalisa dengan tepat.
Selain itu, plate load test juga bisa kasih informasi penting lainnya, seperti:
Seberapa banyak tanah turun kalau diberi beban berat, misalnya seperti beban dari bangunan atau kendaraan. jika terjadi penurunan yang cukup dalam, maka bisa berbahaya untuk bangunan.
Seberapa cepat tanah bisa pulih (rebound) setelah bebannya diangkat : ini membantu kita tahu apakah tanahnya lentur dan bisa “balik lagi” atau justru tetap berubah.
Uji ini biasanya dilakukan di tempat-tempat penting seperti:
- Tanah dasar jalan (subgrade)
- Lapisan bawah jalan atau perkerasan
- Pondasi bangunan
- Area kerja sementara (platform kerja)
Beberapa tujuan utamanya yaitu :
Menentukan daya dukung maksimum tanah : mengetahui batas beban paling berat yang bisa ditahan tanah sebelum gagal menopang.
Mengukur reaksi elastis tanah (reaksi subgrade/K) : Ini penting untuk menghitung dan merancang pondasi atau jalan supaya kuat dan nggak cepat rusak.
Memperkirakan penurunan tanah : Dengan begitu, kita bisa menyesuaikan desain pondasi agar bangunan nggak miring atau retak karena tanah turun.
Kenapa hasilnya penting?
Karena kalau kita salah memperkirakan kekuatan tanah, bangunan di atasnya bisa retak, amblas, bahkan roboh. Jadi, lewat uji ini, kita bisa merancang bangunan yang lebih aman dan kokoh.
Penjelasan sederhananya, plate load test itu semacam “tes ketahanan tanah”, supaya kita tahu apakah tanahnya sudah siap menahan bangunan besar atau belum. Tanpa tes ini, bangunan bisa dalam bahaya.
Tahap Pelaksanaan Plate Load Test

Cara kerja pengujian beban pada tanah menggunakan pelat besi (plate load test atau plate bearing test) adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Lokasi
Pertama, lokasi pengujian dibersihkan dan diratakan. Setelah itu, digali lubang sedalam pondasi yang direncanakan. Lubangnya harus cukup besar, minimal 4 kali lebih lebar dari pelat besi yang dipakai. Tujuannya biar hasilnya akurat.
2. Pasang Pelat Baja
Setelah lubang siap, pelat baja (berbentuk bulat atau kotak) diletakkan di dasar lubang. Ukurannya bisa beda-beda, misalnya 300 mm atau 600 mm, tergantung kebutuhan. Pelat ini berfungsi sebagai media untuk menyebarkan beban ke tanah.
3. Pasang Alat Ukur
- Dial gauge (arloji pengukur penurunan): untuk melihat seberapa besar tanah turun saat ditekan.
- Dongkrak hidrolik: untuk memberi tekanan atau beban dari atas.
- Alat pengukur tekanan: untuk tahu seberapa besar beban yang diberikan.
Semuanya dipasang dengan posisi yang benar dan presisi.
4. Kasih Beban Bertahap
Dengan bantuan dongkrak dan alat berat (seperti traktor atau excavator), beban mulai diberikan pelan-pelan dan bertahap ke pelat baja. Setiap kali beban ditambahkan, penurunan tanah diukur.
5. Catat Penurunan Tanah
Di setiap tahap pembebanan, berapa cm tanah turun dicatat pakai dial gauge. Uji terus dilakukan sampai:
- Penurunan tanah mencapai batas tertentu (biasanya 25 mm), atau
- Beban maksimal dari alat sudah tercapai.
6. Lepas Beban dan Lihat Tanahnya Balik Lagi atau Tidak
Setelah beban dilepas, dicatat juga apakah tanah bisa balik ke bentuk semula atau tidak. Ini untuk melihat apakah tanah bersifat elastis atau tidak.
7. Analisis Data
Data dari semua pengukuran tadi (beban vs penurunan) kemudian dianalisis. Dari sini, bisa dihitung:
- Daya dukung maksimum tanah (Qult)
- Reaksi elastis tanah (K)
Data ini sangat penting untuk para civil engineer dalam mendesain pondasi bangunan atau jalan, supaya aman dan tahan lama. Hasil pengujian ini menjadi acuan penting dalam perencanaan dan desain pondasi dangkal serta struktur perkerasan jalan, sehingga dapat meminimalkan berbagai risiko seperti penurunan berlebih, keretakan, atau bahkan kegagalan struktur.
Testindo sebagai perusahaan engineering & monitoring solution menyediakan layanan Plate Load Test atau Plate Bearing Test, kami siap melayani pengerjaan di seluruh Indonesia. Informasi pemesanan dan konsultasi silahkan hubungi kami melalui :
Chat dengan tim kami melalui fitur live chat di pojok kanan bawah website ini