Testindo – Setiap area pertambangan memiliki banyak gangguan dan ancaman seperti resource yang kurang memadai, gangguan pada kendaraan atau alat berat dan juga cuaca ekstrem. Namun, ada satu ancaman yang paling sering terjadi yaitu longsor di area lereng tambang. Memprediksi area tambang yang berpotensi longsor memang tidak mudah apalagi hanya dikira-kira.
Kejadian longsor di lokasi pertambangan memang tidak bisa ditentukan waktunya dan terjadi sangat cepat, tidak heran jika akhirnya banyak korban jiwa berjatuhan karena tidak sempat menyelamatkan diri, dan juga kerugian yang cukup besar karena alat atau kendaraan berat yang tertimbun tanah longsor.
Memprediksi Longsor dengan Monitoring Cuaca
Kondisi longsor terjadi karena adanya pergerakan tanah atau deformasi yang disebabkan kandungan air di dalam tanah tidak stabil. Itulah mengapa hujan deras dan banjir sangat berbahaya karena mereka mengganggu struktur tanah di lereng tambang dan lingkungan sekitarnya. Ketika bukit dan lereng di pertambangan terendam air maka akan lebih rentan terhadap longsor.
Setiap pertambangan sangat disarankan untuk memasang alat untuk monitoring cuaca atau stasiun cuaca (Weather Station). Dengan pemasangan stasiun cuaca di beberapa lokasi pertambangan, maka dapat dianalisa berbagai parameter cuaca seperti kecepatan angin, curah hujan, radiasi matahari, suhu dan kelembaban.
Melalui monitoring cuaca menggunakan Weather Station, maka ketika curah hujan sudah terlalu tinggi dan kondisi angin sudah terlalu kencang apalagi sudah masuk tahap ekstrem maka bisa mengeluarkan peringatan dini untuk menghentikan aktivitas di area tambang sehingga dapat mencegah timbulnya korban jiwa dan juga keruskaan alat jika terjadi longsong secara tiba-tiba.
Stasiun cuaca ini ada yang dipasang secara permanen di beberap lokasi, tapi ada juga Portable Weather Station yang lebih praktis dan mudah dirakit untuk dibawa berpindah-pindah tempat.
Memprediksi Longsor Menggunakan GB SAR Slope Monitoring System
Tanah di area lereng atau bukit pertambangan memiliki gejala atau tanda tertentu sebelum longsor seperti tanah mengalami keretakan, terjadi pergeseran, penurunan tanah, kondisi kemiringan tanah yang berubah dan yang paling umum yaitu mengeluarkan suara gemuruh di dalam tanah.
Tanah longsor terjadi akibat adanya deformasi atau pergerakan tanah sehingga kondisi struktur tanah menjadi tidak stabil. Kondisi deformasi atau pergerakan tanah ini bisa dimonitoring menggunakan alat dengan teknologi radar yaitu GB (Ground Based) SAR.
Informasi dan Pemesanan GB SAR, Klik Disini >>>
Alat ini dapat memantau atau monitoring dengan jangkauan area mencapai 5 km. Selain itu, GB SAR juga dapat berputar 360 derajat sehingga setiap sisi area tambang dapat terpantau dengan baik, sehingga kondisi tanah yang mengalami deformasi bisa terpantau dan bisa dengan mudah memprediksi area tambang yang berpotensi longsor.
Teknologi GB SAR memakai konsumsi daya yang cukup rendah sehingga tidak boros listrik. Berikut ini beberapa kelebihan lain dari GB SAR Slope Monitoring System :
- Truly Non-Contact Remote (Realtime) Monitoring, tidak perlu memasang target device di permukaan yg di-monitor
- Jangkauan area pemantauan mencapai 5 km (alat bisa berputar 360 Degree) dengan akurasi 0,1 mm
- Output data stabil dan handal
- Built-in GNSS and compass (automatic acquisition of position, orientation and altitude)
- Radar weight 25kg, mudah dipindah-pindahkan (transportable)
- Mudah dipasang (Fast deployment)
- Low power consumption: ≤ 50W
- IP65, Ready for harsh environment (working temperature range -50℃～+55℃)
- Mendukung berbagai format peta topografi 3D, yang hampir persis dengan lokasi atau area 3D yang sebenarnya dan akurasi posisi yang tinggi.
Jika perusahaan pertambangan Anda membutuhkan alat Weather Station dan GB SAR Slope Montioring System atau mungkin ingin konsultasi terlebih dahulu. Jangan sungkan untuk menghubungi Testindo melalui :
Email: sales@testindo.com
Bisa juga chat dengan tim kami melalui fitur live chat di pojok kanan bawah website ini
