gempa bumi turki

Negara Turki diguncang gempa besar dengan magnitudo 7,8 pada hari Senin (6/2/2023) sehingga menimbulkan banyak korban jiwa. Selain itu, gempa ini juga menyebabkan banyak bangunan seperti gedung dan rumah hancur.

Melihat kondisi seperti ini, kira-kira kenapa gempa bumi di Turki ini sangat merusak ?

Hal ini dijelaskan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono melalui cuitan akun twitter miliknya menjelaskan setidaknya ada lima hal yang menyebabkan gempa sangat merusak.

Pertama, gempa bumi yang terjadi kali ini bisa dibilang sangat besar yaitu 7,8 magnitudo. Lalu yang kedua gempa ini terjadi di bagian kerak dangkal bumi.

Ketiga, setidaknya ada 3 gempa besar yang terjadi dengan magnitudo 7,8, 6,7 dan 7,5. Keempat masih banyak warga yang tertidur karena gempa ini terjadi pada pukul 4 pagi

Dan yang kelima, lokasi gempa ini terjadi di empat kota besar sehingga menimbulkan dampak yang sangat dahsyat, kebanyakan korban tewas berjatuhan karena tertimpa reruntuhan bangunan. Selain Turki, negara lain yang juga terdampak gempa yaitu Suriah, Lebanon dan juga Israel. 

Sebelumnya, gempa dengan magnitudo 7,8 terjadi di Turki pada Senin (6/2) dan mengakibatkan 500 korban jiwa dan 3000 orang luka-luka. Selain Turki, beberapa negara seperti Suriah, Lebanon, dan Israel juga terdampak.

Kedalaman gempa yang terjadi pada Senin (6/2) pukul 01.17.36 GMT(pukul 08.17.36 WIB) ini mencapai 24,1 kilometer.

Dikutip dari New York Times, lembaga pemantau geologi AS (USGS) mencatat ada 24 gempa susulan setelah gempa utama di Turki. Pusat gempa terjadi kira-kira di sepanjang Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault).

Dilansir dari CNNIndonesia, berikut ini beberapa cuitan para ahli seismolog terkait gempa besar yang mengguncang Turki : 

Baca Juga :  Ramai Isu Megathrust, Ini Sensor untuk Menganalisa Getaran Seismik di Wilayah Rawan Gempa

Seismolog USGS, Susan Hough dalam twitnya mengatakan, gempa berdampak mematikan dan luas karena lokasi dan kedalamannya yang dangkal.

“Dunia telah melihat magnitudo yang lebih besar dari [gempa] ini selama 10-20 tahun terakhir,” kicaunya.

“Tetapi gempa yang dekat dengan M8 tidak umum terjadi pada sistem patahan sesar dangkal, dan karena kedekatannya dengan pusat populasi dapat sangat mematikan.”

Sementara itu, seismolog dari Imperial College London mengungkapkan, gempa M 7,8 ini memiliki kekuatan yang sama dengan gempa di Turki pada Desember 1939 yang menewaskan sekitar 30 ribu orang.

Menurut Hicks, Turki pada dasarnya merupakan sarang aktivitas seismik karena berada di dua patahan besar di Lempeng Anatolia.

Patahan tersebut adalah Patahan Anatolia Utara (Northern Anatolian Fault/NAF) yang melintasiTurki dari barat ke timur; dan Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Fault/EAF)yang ada di wilayah tenggara negara itu.

“Northern Anatolian Fault mendapat banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena migrasi gempa besar ke arah Istanbul,” ujar dia.

“Namun hari ini gempa M7,8 tampaknya terkait dengan zona East Anatolian Fault yang mengimbangi lempeng tektonik Arab dan Anatolia,” sambungnya.

Pendapat Hicks senada dengan Karl Lang, asisten profesor di Sekolah Ilmu Bumi dan Atmosfer Universitas Teknologi Georgia, AS. Ia mengatakan daerah yang dilanda gempa memang rentan terhadap aktivitas seismik.

“Ini adalah zona patahan yang sangat besar, tapi ini adalah gempa bumi yang lebih besar daripada yang pernah mereka alami sebelumnya,”