modifikasi cuaca

Testindo Belakangan ini beberapa wilayah di Indonesia diguyur hujan lebat disertai angin kencang. Sebagai bentuk pencegahan untuk menghindari cuaca yang lebih ekstrem dan banjir maka BPPT (Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi) bersama TNI melakukan modifikasi cuaca.

Teknologi modifikasi cuaca (TMC) adalah suatu metode merekayasa atau mengubah kondisi cuaca dengan tujuan untuk mengurangi intensitas curah hujan atau menambah curah hujan di suatu daerah. Teknologi modifikasi cuaca ini dapat dilakukan untuk berbagai macam cuaca ekstrem, seperti hujan es, salju, badai, kilat, tornado, dan lainnya.

Ada dua metode yang digunakan dalam menggunakan teknologi rekayasa cuaca ekstrem, yaitu metode mekanisme persaingan (competition mechanism) dan metode mekanisme proses lompatan (jumping process mechanism). Metode mekanisme proses lompatan adalah metode rekayasa cuaca ekstrem yang bertujuan untuk mempercepat proses hujan dengan bantuan radar dan dengan menyemai awan-awan yang membawa uap air dari laut dengan garam. 

modifikasi cuaca
Gambar : bmkg.go.id

Hal ini dilakukan agar suplai massa udara basah dan kejadian hujan di suatu wilayah berkurang. Sedangkan, metode mekanisme persaingan adalah merekayasa cuaca ekstrem yang dilakukan di darat dengan menggunakan sistem “Ground Based Generator” yang terpasang dari hulu hingga hilir pantai. Tujuan dari metode ini adalah mengganggu proses fisika dari pertumbuhan awan-awan konvektif, sehingga durasi hujan dapat dipersingkat dan intensitasnya berkurang.

Teknologi modifikasi cuaca biasanya dilakukan dengan menebar garam di atas awan. Garam yang digunakan adalah NaCl yang berbentuk bubuk super halus atau “super fine powder” dengan ukuran mikron. Modifikasi cuaca ini juga membutuhkan bantuan pesawat untuk menyemai garam dalam jumlah berton-ton di atas awan. Proses penyemaian garam ini membutuhkan waktu yang berkisar antara 10 menit hingga 2 jam.

Baca Juga :  Peran Penting Automatic Weather Station untuk Industri Pertambangan

Teknologi modifikasi cuaca juga dapat dilakukan dengan metode lain, seperti dengan menggunakan partikel seperti garam, asam sulfat, atau bahan lain yang dapat mempengaruhi proses fisika yang terjadi di atmosfer. Teknologi ini biasanya digunakan untuk mengurangi intensitas hujan atau untuk mengurangi intensitas angin dan es di daerah yang mengalami cuaca ekstrem. Namun, teknologi modifikasi cuaca masih terbatas dalam skalanya dan belum dapat mengubah cuaca secara keseluruhan. Oleh karena itu, teknologi ini hanya menjadi alternatif saja dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya solusi untuk mengatasi masalah cuaca ekstrem.

Selain menggunakan teknologi ini, sebagai bentuk mitigasi cuaca ekstrem bisa dianalisa setiap parameter cuaca menggunakan automatic weather station yang sudah dilengkapi beberapa sensor seperti sensor angin, sensor suhu, sensor kelembaban dan lainnya. Nantinya automatic weather station atau stasiun cuaca ini dipasang di beberapa titik tempat yang tidak terhalang bangunan atau lapangan terbuka agar bisa mengukur setiap parameter cuaca dengan akurat.