Testindo – Di era digitalisasi ini hampir semua lini bisnis dan industri di Indonesia memanfaatkan teknologi. Bahkan sector agriculture seperti pertanian dan perkebunan kini juga sudah menggunakan teknologi berbasais internet (Internet of Things) untuk perawatan dan pengolahannya atau lebih dikenal dengan sebutan Smart Farming.
Dibanding sektor industri lainnya, pertanian dan perkebunan merupakan sektor yang memiliki ketahanan cukup kuat. Bahkan, disaat banyak industri berguguran ketika masa pandemi, sektor perkebunan dan pertanian tetap bertahan bahkan ada juga yang justru berkembang.
Mengenal Apa itu Smart Farming
Smart farming merupakan metode pertanian yang menggunakan teknologi berupa sistem integrasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian. Dalam penerapan metode ini digunakan berbagai jenis sensor, sistem monitoring, dan analisis data untuk monitoring kondisi tanah, cuaca, dan perawatan tanaman.
Metode ini menggunakan automation system, nantinya semua sistem yang sudah terpasang akan bekerja secara otomatis yang bisa dikontrol oleh petani melalui gadget seperti smartphone dan tablet dengan koneksi internet.
Sesuai dengan namanya “Smart Farming” semua sistem ini digunakan untuk menciptakan model pertanian cerdas. Pertanian berbasis teknologi ini menggunakan big data berbasis cloud, Internet of Things (Iot), GPS dan juga Drone. Berikut ini beberapa komponen dalam penerapan smart farming :
Sensor Monitoring
Biasanya untuk memantau kondisi tanah di sawah atau kebun, petani harus turun langsung untuk melihat apakah kondisi air tanahnya sudah mengering atau tidak. Smart Farming menggunakan berbagai jenis sensor untuk monitoring suhu, kelembaban, ketinggian air tanah, arah angin, dan lainnya. Selain itu, sensor ini juga berfungsi untuk sistem otomasi.
Penggunaan Software
Sensor monitoring akan diolah datanya menggunakan software khusus untuk pembaaan data. Selain itu, ada juga software yang dirancang khusus untuk melakukan kontrol perangkat pertanian yang terhubung dengan sensor otomasi.
Internet of Things (IoT)
Proses monitoring dan kontrol bisa dilakukan langsung oleh petani menggunakan device yang sudah terkoneksi internet. Semua komunikasi sistem dilakukan dengan memanfaatkan internet dan machine learning atau lebih dikenal Internet of Things.
Sistem GPS
GPS (Global Positioning System) dapat digunakan dalam smart farming untuk menentukan lokasi tanaman atau hewan ternak dan memantau pergerakan mereka. Ini juga dapat digunakan untuk menentukan lokasi terbaik untuk menanam tanaman berdasarkan faktor seperti kondisi tanah, curah hujan, dan kondisi cuaca.
Analisa Data
Proses analisis data dilakukan untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengekstrak informasi yang berguna dari data yang dikumpulkan dari sensor, kamera, dan peralatan pertanian lainnya. Data tersebut nantinya bisa digunakan untuk mengidentifikasi pola dan trend, serta membuat prediksi tentang kondisi tanaman.
Misalkan, data tentang kondisi tanah, curah hujan, suhu, dan kadar kelembaban dapat digunakan untuk menentukan kapan harus memberikan air atau pupuk pada tanaman. Data tentang produktivitas tanaman dapat digunakan untuk menentukan kapan harus memanen tanaman.
Analisis data juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan operasi pertanian dan meningkatkan efisiensi, seperti menentukan lokasi tanah yang paling cocok untuk tanaman tertentu dan menentukan jenis pupuk yang paling efektif.
Hasil analisis data ini dapat ditampilkan dalam bentuk visualisasi data seperti grafik, peta, atau tabel yang memudahkan para petani dalam membuat keputusan dan mengambil tindakan.
Dalam penerapan sistem smart farming ini tentunya juga butuh peran para petani muda karena harus diakui sekarang ini petani didominasi oleh orang tua. Penggunaan smart farming diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan memberikan hasil panen yang berlimpah.