Testindo – Tingkat polusi udara di suatu wilayah biasanya diukur menggunakan alat pemantau kualitas udara yang disebut Air Quality monitoring System.Nantinya dari alat ini akan terlihat seberapa parah kondisi kualitas udara di suatu daerah atau kota.
Selain menggunakan alat tersebut, ternyata ada metode lain yang bisa dijadikan indikator tingkat polusi di suatu wilayah yaitu melalui tumbuhan lumut kerak atau lichen. Lumut kerak ini biasanya menempel di bebatuan. Nantinya batu yang ditumbuhi lumut tersebut akan menjadi lapuk dan berubah menjadi tanah sehingga bisa digunakan sebagai media tanam.
Lichen terbilang cukup kuat karena bisa hidup dalam waktu yang cukup lama walaupun tanpa air. Selain itu, tumbuhan ini tumbuh di berbagai tempat, mulai dari bebatuan, pohon, kulit kayu, pantai, sungai, bukit, pegunungan, dan lainnya.
Lumut Kerak sebagai Indikator Polusi Udara
Lumut kerak (lichen) merupakan organisme yang terbentuk dari simbiosis antara alga dan jamur. Keunikannya sebagai indikator polusi udara terletak pada kemampuannya untuk mengumpulkan nutrisi dari air hujan dan udara.
Karena lumut kerak tidak memiliki akar yang menyerap nutrisi dari tanah, mereka lebih rentan terhadap zat-zat berbahaya yang ada di udara. Selain itu, alasan lain kenapa lumut kerak dijadikan indikator dalam menentukan kualitas udara yaitu karena tumbuhan ini memiliki sifat yang responsif terhadap kualitas udara.
Di Indonesia sendiri menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) per tahun 2013 tercatat ada sebanyak 595 jenis lumut kerak, paling banyak berada di wilayah Jawa dengan jumlah 300 jenis.
Berdasarkan penelitian dari Efri Roziaty dalam Proceeding Biology Education Conference (2016), menyebutkan bahwa lichen merupakan jenis spesies menjadi indikator terbaik karena dapat menyerap sejumlah besar kimia dari air hujan dan polusi udara.
Jika pertumbuhan lumut kerak di suatu wilayah kurang baik maka menandakan wilayah tersebut menanggung beban polusi yang cukup tinggi. Namun sebaliknya, jika pertumbuhan lumut sangat bagus bahkan jumlah nya banyak maka daerah tersebut tidak tercemar oleh polusi.
Kemampuan lumut kerak dalam menentukan kualitas udara disebut bioindikator. Bioindikator adalah proses biologi, spesies, atau komunitas yang dimanfaatkan untuk menilai dan mengetahui kualitas serta perubahan lingkungan yang terjadi dari waktu ke waktu (Holt & Miller, 2010)
Namun, walaupun lumut kerak dapat berperan sebagai indikator tingkat polusi suatu wilayah, sebaiknya tetap kualitas udara tetap dipantau dan dimonitoring menggunakan Air Quality Monitoring System untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat.
Dengan begitu, bisa ditentukan apakah tingkat polusi udara masih dalam batas aman atau sudah masuk ke tingkat yang mengkhawatirkan.
Testindo sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sistem monitoring menyediakan layanan pemasangan Air Quality Monitoring System (AQMS) untuk wilayah perkotaan, desa, dan juga zona industrial. Informasi pemesanan dan pemasangan AQMS silahkan hubungi kami melalui :
Email: sales@testindo.com
Bisa juga chat dengan tim kami melalui fitur chating yang ada di pojok kanan bawah website ini
Referensi : wanaswara.com | greeners.co